Lumajang, Jawa Timur ||Jejakkontruksi.com, Di balik desiran angin Pantai Watu Pecak, ratusan penari bertopeng berdiri siap. Langit berpendar keemasan, ombak mengalun serasi, dan gerakan magis satu per satu mengisi pesisir. Inilah Segoro Topeng Kaliwungu, sebuah perhelatan budaya megah yang menyatukan warisan leluhur dengan wajah masa depan pariwisata Indonesia.
Lebih dari sekadar pertunjukan seni, Segoro Topeng merupakan panggung kolosal Tari Topeng Kaliwungu, tari sakral yang berasal dari Desa Kaliwungu, Lumajang. Sejak debutnya pada 2022, acara ini tak hanya menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga ikon baru promosi pariwisata berbasis budaya.
Nama “Segoro Topeng” berasal dari gabungan dua unsur kuat: Segoro (samudra), merujuk pada keindahan pesisir selatan, dan Topeng, simbol kekayaan nilai-nilai tradisi lokal. Perpaduan ini melahirkan pengalaman imersif yang menyatukan seni tradisional dengan alam secara langsung dan magis.
Setiap tahun, festival ini mengangkat tema baru yang menggugah. Tahun 2023 mengusung “Kidung Katresnan” (Lagu Cinta) yang mengeksplorasi kisah cinta dan pengorbanan. Tahun 2024, “Legenda Argasonya” membangkitkan mitologi lokal. Tahun ini, tema “Mystical of Kaliwungu” menyingkap sisi spiritual dan magis desa tempat tarian ini berasal.
Lebih dari hiburan, Segoro Topeng menjadi strategi branding destinasi bagi Kabupaten Lumajang. Tujuannya jelas: mengubah warisan budaya menjadi magnet pariwisata yang memadukan tradisi dan alam, menciptakan pengalaman pengunjung yang bernilai mendalam.
“Acara ini tidak hanya menginspirasi wisatawan, tetapi juga menyentuh hati masyarakat, terutama generasi muda. Mereka diajak kembali mencintai dan bangga akan warisan leluhur melalui ekspresi budaya yang megah dan modern,” ujar Yuli Harismawati, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang, dalam siaran pers, Jumat (27/6/2025).
Lebih lanjut, Segoro Topeng menjadi ruang ekspresi bagi para penari, musisi, perancang busana, serta pelaku UMKM dan ekonomi kreatif. Semua elemen berkolaborasi menyuguhkan pertunjukan budaya lintas zaman yang layak disejajarkan dengan festival internasional.
Dengan melibatkan ratusan penari, setiap gerakan, warna topeng, dan denting musik merupakan hasil kolaborasi kreatif yang luas. Mereka tidak sekadar menari, tapi menenun kisah inklusif dan menguatkan identitas Lumajang.
Tahun 2025 menjadi tonggak penting. Untuk pertama kalinya, Segoro Topeng Kaliwungu resmi masuk dalam daftar 110 Karisma Event Nusantara oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Lumajang dalam peta pariwisata nasional dan internasional.
Selama dua hari, acara ini dipenuhi dengan rangkaian kegiatan meriah. Pada 28 Juni, festival dibuka dengan kegiatan lingkungan bertajuk “Sustainable Coast, Welcoming Casuarina”, aksi penanaman pohon cemara laut yang menegaskan bahwa pelestarian alam dapat berjalan seiring dengan perayaan budaya.
Masih di hari yang sama, suasana santai dihadirkan lewat Reggae Sunset, pertunjukan musik yang mempersatukan semua kalangan. Sementara itu, pameran UMKM menampilkan produk-produk kreatif khas Lumajang yang siap menembus pasar global.
Puncak perayaan berlangsung pada 29 Juni. Pagi hari diramaikan Festival Nelayan Mahameru, ajang kolaborasi antara nelayan dan wisatawan dalam suasana penuh kegembiraan. Disusul Fashion Show Batik Lumajang yang menampilkan karya busana berbasis kearifan lokal dengan sentuhan modern.
“Saat senja tiba, momen yang paling ditunggu pun dimulai: sendratari kolosal Segoro Topeng Kaliwungu. Di hadapan ribuan penonton, panggung pesisir menjelma menjadi dunia mistis nan memesona. Cahaya, musik, dan gerak tari berpadu dalam harmoni yang memukau dan menyentuh.
Pemerintah Kabupaten Lumajang menaruh harapan besar pada acara ini. Segoro Topeng diharapkan menjadi simbol transformasi budaya dan penggerak ekonomi serta pariwisata yang berkelanjutan.
Seiring tumbuhnya pamor Lumajang sebagai destinasi wisata, Segoro Topeng akan dikembangkan menjadi paket wisata budaya terpadu, menawarkan bukan hanya tontonan, tetapi juga pengalaman yang menggugah jiwa.
Tak berlebihan bila membayangkan Segoro Topeng berdiri sejajar dengan festival budaya kelas dunia. Apalagi Lumajang mencatatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tertinggi di Jawa Timur pada 2024—pencapaian luar biasa.
Namun di balik gemerlap panggung, Segoro Topeng menyimpan makna lebih dalam: ia adalah suara rakyat, gema masa lalu, dan cahaya masa depan. Dalam setiap topeng yang menari, ada harapan bagi Indonesia yang memeluk dan merayakan budayanya sendiri.
Dan pada akhirnya, setiap orang yang menyaksikan Segoro Topeng pulang membawa lebih dari sekadar gambar. Mereka membawa cerita, emosi, dan kebanggaan bahwa Indonesia,melalui Lumajang,memiliki cara istimewa untuk menyapa dunia..(Galih)
