UNGARAN BARAT | JEJAKKONTRUKSI.COM -Di tengah rindangnya pepohonan dan tembok hijau yang mulai kusam di Jalan Sanjaya RT 01 RW 02, Kelurahan Langensari, Kecamatan Ungaran Barat, berdiri sebuah arca tua diam, namun seolah berbicara lewat kesunyian panjang. Wajahnya telah terkikis waktu, tubuhnya tak lagi utuh, namun aura sakral yang menyelubunginya tetap terasa bagi siapa pun yang berhenti sejenak di hadapannya.[14/10]
Arca itu dibalut kain putih dan selendang kuning, lambang penghormatan sederhana dari warga sekitar. Di bawahnya, sesaji bunga, dupa, dan daun pisang tertata rapi — sederhana, namun sarat makna. Setiap kepulan asap dupa seakan menjadi doa agar jejak sejarah ini tidak benar-benar hilang ditelan zaman.
“Sudah dari dulu arca itu ada di situ. Kami hanya bisa merawat seadanya,” tutur seorang warga setempat yang mengenang masa kecilnya bermain di sekitar lokasi tersebut.
“Namun, di balik nilai sejarah dan nuansa mistis yang menyelimuti, arca di Langensari ini seolah tak tersentuh perhatian pemerintah. Tak ada papan informasi, pelindung, atau penetapan resmi dari instansi terkait seperti Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK). Padahal, benda ini jelas bukan sekadar batu ia adalah saksi bisu peradaban yang pernah berdenyut di tanah Semarang tempo dulu.
Minimnya perhatian dari pemerintah membuat pelestarian situs-situs semacam ini sepenuhnya bergantung pada kesadaran masyarakat lokal.
“Kami dari paguyuban reog di wilayah sini sedang mencoba mengupayakan agar pemerintah lebih memperhatikan,” ujar salah satu anggota paguyuban dengan nada lirih namun penuh tekad.
Langkah kecil itu menjadi tanda kepedulian warga di tengah abainya kebijakan. Sebab, pelestarian sejarah bukan sekadar soal arkeologi atau pariwisata -melainkan tentang ingatan kolektif, tentang siapa kita dan dari mana kita berasal.
Di tengah derasnya pembangunan dan modernisasi, arca tua di Langensari berdiri sendiri, menunggu kepedulian, perlindungan, dan langkah nyata dari pemerintah.
Barangkali ia memang tak bisa berbicara.
Namun diamnya adalah seruan keras bagi nurani: jangan biarkan sejarah dan warisan leluhur ini lenyap begitu saja.
Penulis : Nyoto S
Editor : Yogie Ps
